Cari Blog Ini

Sabtu, 25 November 2017

Wawancara dengan Maria



Photo: Wikimedia
Aku bertemu dengan Maria di belakang panggung opera Norma setelah pertunjukkan di Milan Opera House. Wajahnya kelihatan cerah dan cantik memakai kostum diva-nya, dengan senyum lebar berseri di wajahnya. Dia kelihatan puas dengan pertunjukkan malam itu, dan melihat tepuk tangan penonton dan lemparan bunga yang dia terima, nampaknya para penonton mencintainya.

Aku:

Selamat ya Maria atas pertunjukkan anda yang indah, penonton nampaknya sangat mencintai anda. Puaskah anda dengan penampilan anda malam ini?


Maria:

Saya bahagia bahwa penonton menyukainya, saya lega mendengar sambutan penonton, setelah bekerja keras mempersiapkan pertunjukkan ini. Semangat kami terpacu mengetahui bahwa kerja keras kami disukai.
Tapi, setelah setiap pertunjukkan saya akan berpikir tentang hal-hal yang dapat dilakukan lebih baik, untuk membuatnya lebih baik di pertunjukkan selanjutnya dan bagaimana membuatnya berbeda. Saya tidak pernah puas dengan pertunjukkan saya dan selalu berusaha lebih baik di lain kali.

                              
Aku:

Anda dikenal sebagai perfeksionis, hal yang baru anda katakan itu sepertinya mengkonfirmasikan pendapat publik.


Maria:

Bagi saya, seni musik adalah megah, dan saya tidak dapat melihatnya diperlakukan secara sembrono. Kalau seni itu dihargai dan kalau para artisnya dihargai, saya akan bekerja keras dan selalu memberikan yang terbaik.... Saya tidak ingin dilibatkan dengan pertunjukan, selera, penampilan dan nyanyian yang kualitasnya rendah.


Aku:

Tapi orang yang bekerja dengan anda menganggap anda terlu sulit bekerja sama. Mereka bilang anda temperamental, terlalu menuntut, kadang kala menolak untuk tampil, dan bahkan membatalkan pertunjukkan.


Maria:

Saya akan selalu menyulitkan sebagai mana mestinya untuk mendapatkan yang terbaik. Saya pekerja keras, berkemauan untuk berlatih lebih dari biasanya, walaupun kalau peran atau pertunjukkannya bukan baru. Saya seorang artis dan ingin mencoba memberi pertunjukan terbaik kepada penonton, jadi saya ingin berlatih lebih banyak dengan yang lain dalam waktu yang terbatas itu.


Aku:

Tapi, anda menolak kontrak-kontrak dari Metropolitan Opera untuk Madame Butterly dari Puccini dan Fidelio dari Beethoven.


Maria:

Apakah anda tidak pernah menolak pekerjaan yang tak sesuai bagi anda? Saya kira pernah.
Bagi saya, mustahil menyanyi sebagai Madame Butterfly, gadis Jepang 15 tahun, karena waktu itu saya terlalu gemuk, hampir 100 kilo.
Kalau Fidelio opera dinyanyikan dalam bahasa Inggeris itu adalah sangat janggal. Orang tidak akan menanggapinya secara serius.
Selain itu, saya tidak suka kontraknya, seperti kontrak bagi penyanyi pemula.


Aku:

Anda bilang anda pernah terlalu gemuk. Bagaimana anda bisa begitu langsing dan cantik sekarang? Apakah rahasia menurunkan berat badan dalam waktu singkat?


Maria:

Kesemuanya murni didorong oleh kemauan gigih, ada yang bilang saya makan pasta jenis tertentu, tapi itu tidak benar. Murni didorong oleh kemauan gigih.


Aku:

Memang benarlah anda seorang yang memiliki kemauan sangat gigih. Salah satu guru anda, Maria Trivella bilang bahwa anda :” Seorang murid teladan. Fanatik, tak berkompromi, penuh dedikasi dalam belajar dengan hati dan jiwa.... dalam 6 bulan, ia dapat menyanyikan aria-aria yang paling sulit dari opera dunia dengan baik.”


Aku:

Tokoh Norma yang baru saja anda lakoni juga adalah seorang perempuan dengan kemauan gigih, berani dan bahkan pembalas dendam terhadap pengkhianatan


Maria, matanya bersinar dan mulai bersenandung cuplikan dari aria Norma yang terkenal “Casta Diva”:

Casta Diva, che inargenti               Dewi yang luhur, diliputi perak
queste sacre antiche piante,         Tanaman purba yang suci ini,
a noi volgi il bel sembiante             perlihatkan kami wajah anda yang indah
senza nube e senza vel                 tanpa kabut dan cadar


Aku:

Selain Norma, anda sepertinya juga suka melakoni Carmen, Medea, Tosca dan Violeta di La traviata. Namun anda suka memerankan mereka sebagai wanita yang tangguh dan bergairah yang menantang nasib tragis mereka, dan bukannya wanita lembut yang terpuruk. Dengan cara anda mengekspresikannya, wantita-wanita itu menjadi pahlawan tragedi cerita itu.


Maria:

Ini hanyalah interpretasi, memanglah biasanya Floria Tosca diperankan sebagai wanita lembut penurut yang didominasi oleh lelaki perkasa.  Namun saya melihat bahwa ia dapat diperankan sebagai wanita yang tangguh, galak dan tegas. Di aria terkenal “Vissi d’Arte” dari opera itu, ia meratapi, mempertanyakan nasibnya, namun juga menjadi  tegas, ia bernyanyi dari “ Saya hidup demi seni, saya hidup demi cinta”, kemudian “Saya tidak pernah melukai seorangpun!”


Aku:

Salah seorang wartawan menulis tentang peranan anda dalam Tosca: “konsepnya tentang peran itu sangat menggetarkan. Segala kemapuannya digunakannya untuk menyentak. Dia adalah wanita yang sedang jatuh cinta, seekor kucing harimau, seorang wanita yang dirudung kecemburuan.... Ini adalah akting tingkat tinggi, tak terlupakan.” 
Bravo Maria!


Maria:

Terimakasih buat pujiannya. Seperti yang Floria Tosca bilang: "Vissi d' arte, vissi d' amore" ("Saya hidup demi seni, saya hidup demi cinta").


Aku:

Di dalam Medea, bakat akting anda yang segunung dan mungkin darah Yunani merangsang anda dalam menginterpretasikan penderitaan puteri dari Colchis ini, pertunjukan yang bersejarah buat Yunani, di teater purba di Epidaurus.
Mungkin karena anda dapat menjiwai tragedi Yunani ini dengan pengalaman pribadi anda, sehingga anda dapat memerankan Medea dengan begitu mendalam?


Maria:

Saya sebenarnya seorang tanpa identitas. Dilahrkan dari orangtua Yunani, namun saya tidak pernah merasa sepenuhnya Yunani. Saya dilahirkan di Amerika, namun saya bukan orang amerika. Di perioda karir saya yang paling penting, saya hidup di Itali. Dan sekarang saya menetap di Paris, namun itu tidak berarti saya merasa Perancis. Lalu siapakah saya sesungguhnya? Apakah saya? Saya sendirian, selalu sendiri.


Aku:

Apakah tidak terduga bagi anda bahwa Onassis akan menikahi Jackie?


Maria:

Seperti yang semua orang tahu, tidak ada keraguan bahwa Onassis dan saya  jatuh cinta sangat dalam. Namun karena suatu hal kami tidak jadi menikah, tapi kami tetap bersahabat baik.


Aku:

Apakah Onassis masih mencintai anda?


Maria :

Tanyakan saja kepadanya, namun mungkin dia sebenarnya tidak mencintai opera......




Ini adalah wawancara imajiner mengenang Maria Callas.









2 komentar: